Asesmen Karyawan, Jangan Sampai Terlewatkan!
Ketika kita berbicara mengenai ‘energi’ dari para karyawan, kita tidak hanya berbicara soal seberapa bersemangatnya para karyawan, tetapi lebih luas dari itu, apakah mereka juga tetap mampu dan mau untuk berkinerja seperti yang diminta oleh perusahaan.
Karyawan adalah penggerak bisnis. Tingkat kapabilitas karyawan bisa menggambarkan tentang kapabilitas bisnis atau organisasi. Maka dari itu, ketika kita mendiagnosa tingkat energi karyawan, ada variabel-variabel lain yang juga harus kita diagnosa. Kita perlu melihat tingkat komitmen mereka, kita juga perlu melihat variabel produktivitas pribadi mereka, dan lain sebagainya. Cara paling praktis untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan asesmen. Di jaman dimana teknologi digital sudah sangat berkembang saat ini, kita mampu melakukan asesmen secara ‘online’ tanpa harus melakukannya secara ‘paper based’. Dan untuk menganalisisnya juga bisa dilakukan secara digital dan lebih cepat mendapatkan hasil untuk diinterpretasikan.
Assessment Reporting
Hasil dari asesmen yang masih berupa data mentah harus diolah terlebih dahulu sebelum Anda sajikan kepada para pengambil keputusan. Dalah hal ini, penyajian data secara visual akan jauh lebih memudahkan untuk dipahami dibandingkan dengan deskripsi kualitif yang panjang lebar. Deskripsi kualitatif dapat digunakan untuk memperkuat hasil interpretasi.
Pelaporan hasil asesmen juga idealnya disesuaikan dengan tingkatan keputusan yang akan diambil. Semakin taktis tingkatannya, maka penyajiannya akan semakin detil, sebaliknya semakin strategis tingkatannya, maka penyajiannya akan semakin menyeluruh tetapi tidak terlalu detil.
Format pelaporan dalam media digital juga lebih memudahkan untuk dismasukkan kedalam sistem informasi manajemen dalam perusahaan.
Online Assessment
Melakukan asesmen secara online sekarang ini cukup mudah untuk dilakukan. Namun yang perlu diperhatikan tidak hanya aspek teknis, tetapi yang lebih penting adalah varibel apa yang akan Anda ukur, dan bagaimana menyajikan variabel tersebut dalam asesmen. Ingat tujuan dari asesmen adalah untuk mendapatkan kondisi yang sebenar-benarnya, bukan kondisi yang ‘dipercantik’ karena bisa berakibat pada pengambilan keputusan yang kurang tepat.
Memperlakukan asesmen seperti melakukan ‘performance appraisal’ akan berakibat pada data hasil asesmen yang kurang akurat. Kita perlu merencanakan dengan cermat tentang bagaimana mengkondisikan para responden terkait asesmen yang akan kita lakukan. Idealnya memiliki tujuan agar responden mengisi asesmen dengan sebenar-benarnya. Misanya, Anda bisa menyamarkan nama responden, atau dengan pengantar atau diksi yang lebih halus.
Variabel-variabel yang akan diukur dalam asesmen bisa dibuat sendiri oleh internal perusahaan atau juga bisa dibuatkan oleh pihak konsultan. Apapun cara pembuatannya, semuanya kembali kepada tujuan dan kebutuhan dari asesmen itu sendiri. Dalam hal mengukur ‘energi’ karyawan, kami memiliki pendekatan yang sudah teruji dalam skala internasional. Silahkan hubungi kami untuk informasi yang lebih rinci. Selamat mencoba.
Oleh:
Billy Johanes Sibi – Fasilitator MDI Tack
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!