Konsep Gaya Kepemimpinan dari Ki Hajar Dewantara
Banyak sekali konsep gaya kepemimpinan yang dicetuskan para ahli perilaku organisasi di dunia. Blake-Mouton dengan Management Grid, Goleman dan Boyatzis dengan Enam gaya kepemimpinan emosi, transactional-Transformational Leadership oleh Kouzes- Possner. Dan tentu saja Hersey dan Blanchard dengan Situational Leadership-nya yang fenomenal.
Namun kita sering melupakan konsep kepemimpinan yang dicetuskan salah satu founding father pendidikan Indonesia, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang akrab dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Jauh sebelum Hersey dan Blanchard muncul dengan Situational Leadership-nya. Ki Hajar Dewantara telah memunculkan konsep kepemimpinan menggunakan filosofi jawa, yang menurut saya sangat relevan diterapkan oleh banyak organisasi bisnis di Indonesia.
Filosofi yang pada awalnya digunakan untuk menguatkan idealism beliau mengenai pendidikan dan bisa diterapkan oleh para guru. Pada perkembangannya menjadi filosofi kepemimpinan yang relevan diterapkan di dunia bisnis. Berikut ini adalah filosofi beliau dan bagaimana kita bisa terapkan di tempat kerja.
Ing Ngarsa Sung Tuladha
”Ing Ngarsa Sung Tuladha” berarti dari depan memberikan teladan. Semua karyawan melihat pemimpinnya. Ya, pemimpin tentu saja memiliki kewenangan yang didapatkan dari posisi atau jabatannya. Dan bisa memberikan perintah tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Pemimpin memberikan arahan dan menunjukkan objective atau goal yang ingin diraih. Namun apabila si pemimpin sendiri tidak mampu menerapkan apa yang dijadikan panduan. Maka karyawan tentu akan bersikap skeptic terhadap kebijakan yang dibuat.
Contoh sederhana adalah kebijakan datang kerja tepat waktu, pemimpin selalu menekankan pentingnya disiplin dan ketepatan waktu. Namun apabila si pemimpin sendiri tidak dapat menunjukkan konsistensi kehadirannya dan tidak dapat mengkomunikasikan alasan kenapa mereka tidak dapat hadir tepat waktu. Maka hanya masalah waktu ketika karyawan mulai mencari kesempatan untuk mencari kelonggaran dalam disiplin waktu. Bahasa modernnya, “Walk the talk”.
“Apapun yang dikerjakan oleh seseorang Itu, harusnya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat untuk bangsanya, juga bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya”
– Ki Hajar Dewantara –
Ing Madya Mangun Karsa
”Ing Madya Mangun Karsa” berarti di tengah menggugah semangat. Seorang pemimpin ketika berada di tengahtengah yang dipimpin harus bisa mendelegasikan pekerjaan. Dan membimbing dalam pencapaian tujuan organisasi. Mendelegasikan disini tentu saja sesuai dengan kapasitas dan kemampuan anak buah. Melalui proses pelatihan dan pembimbingan yang tepat, pendelegasian tugas dan kewenangan. Dapat menggugah semangat kerja dan motivasi anak buah. Menjadi pemimpin yang partisipatif tentu saja berarti berani dan mau menggulungkan lengan baju. Untuk memberikan dukungan yang diperlukan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Seorang pemimpin harus bisa merangkul yang dipimpinnya, mau menerima kritik dan saran. Serta mampu menggugah semangat bersama untuk meraih visi bersama. Saat di tengah-tengah pemimpin harus bisa membuat atmosfer organisasi menjadi positif. Sehingga akan muncul semangat bersama untuk saling memotivasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Tut Wuri Handayani
”Tut Wuri Handayani” berarti dari belakang memberikan dorongan. Seorang pemimpin juga harus bisa menempatkan diri di belakang untuk memotivasi dan mendorong individu-individu. Dalam organisasi yang dipimpinnya berada di depan untuk memperoleh kemajuan dan prestasi. Pemimpin diharapkan mampu untuk mengembangkan dan memunculkan pemimpin-pemimpin baru untuk proses regenerasi. Pemimpin berada dibelakang ketika anak buah memperoleh keberhasilan dan memberikan pengakuan atas keberhasilan tersebut. Namun berani berada di depan untuk mengambil tanggungjawab sepenuhnya atas kegagalan yang didapatkan oleh tim.
Dengan menempatkan diri sebagai fasilitator, dan berperan lebih sebagai partisipan dalam pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin dapat menumbuhkan kepercayaan diri bagi anggota timnya untuk berani mengambil inisiatif. Proaktif dan mengkomunikasikan keputusan-keputusan operasional harian. Sehingga pemimpin dapat memiliki lebih banyak waktu untuk memikirkan tujuan bisnis baru dan strategis untuk pengembangan bisnis.
MDI News No. 228/XXII/Agustus 2016