Peranan Asesmen Dalam Memulai New Normal

Peranan Asesmen Dalam Memulai New Normal

Peranan Asesmen Dalam Memulai New Normal akankah berguna? Walaupun ada sebagian bisnis yang mendapatkan keberuntungan dari pandemi Covid-19 ini, namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada bisnis yang terdampak negatif. Industri pariwisata, penerbangan, dan beberapa sektor jasa terdampak paling parah, walaupun ada juga industri-industri lain yang juga terdampak negatif dari pandemi ini.

Ketika bisnis terdampak negatif, kemungkinannya karyawan-karyawan dalam bisnis juga terdampak negatif. Dampaknya bisa dari yang ringan seperti mengubah kebiasaan kerja, sampai yang cukup parah yaitu kehilangan porsi penghasilan, atau bahkan kehilangan penghasilan. Ketika era New Normal akan dimulai, bisnis harus bisa mengakselerasi kinerja secepat mungkin.

Akselerasi cepat yang dilakukan oleh sebuah bisnis bisa jadi berupa menetapkan target yang ‘menantang’ untuk kondisi seperti ini. Pertanyaannya adalah apakah karyawan kita ‘siap’ untuk meraih target tersebut?

Kata ‘siap’ disini bukan hanya berarti siap bekerja, siap ke kantor lagi, tetapi benar-benar siap untuk berkinerja secara maksimal. Jika belum siap apa yang harus kita lakukan? Atau, siapa saja yang belum siap? Disinilah asesmen kesiapan bekerja akan berperan.

Memetakan tingkat kesiapan karyawan secara rata-rata

Kita bisa melihat kondisi karyawan secara keseluruhan. Apabila nilai rata-rata keseluruhan masih dibawah standar yang diharapkan, maka kita bisa merencakanan tindakan yang tepat, entah itu memberikan pelatihan, merelaksasi target, mengubah alur komunikasi, mengubah skema remunerasi, dan lain sebagainya.

Tetapi tindakan-tindakan tersebut idealnya dilakukan berdasarkan data yang lebih valid, dibanding hanya sekedar menggunakan ‘perasaan’. Asesmen akan memberikan Anda data kuantitatif yang sederhana untuk diinterpretasikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

 

Melihat individu yang ‘belum siap’

Memang, gejala-gejala yang menunjukkan seorang karyawan terlihat ‘belum siap’ kadang bisa diamati secara fisik. Namun, bisa jadi ada faktor-faktor psikologis yang sulit dilihat secara kasat mata. Asesmen memungkinkan Anda untuk melihat data per individu secara lebih valid dibandingkan dengan observasi fisik saja.

Dengan mengetahui kondisi tiap-tiap individu, maka pemimpin bisa menyesuaikan gaya memimpinnya, atau memberikan ‘treatment’ yang lebih spesifik sesuai kebutuhan tiap-tiap individu. Bisa jadi ada individu yang perlu diberikan ‘treatment’ berupa pelatihan. Tetapi bisa jadi ada juga yang memerlukan ‘treatment’ seperti konseling dan bimbingan, dan masih banyak kondisi lain yang bisa kita temukan. Intinya, dengan data yang lebih tepat, Anda bisa memberikan tindakan yang lebih tepat.

Memetakan prioritas kebutuhan pengembangan karyawan

Daripada kita menggunakan perasaan untuk menentukan pelatihan apa yang idealnya diberikan kepada karyawan kita. Asesmen memberikan Anda data yang lebih komprehensif namun sederhana untuk diinterpretasikan. Memberikan pelatihan akan memakan biaya. Dalam keadaan seperti ini, kita ingin tiap uang yang keluar bisa berkontribusi positif terhadap bisnis, dan bukanlah pengeluaran yang sia-sia.

Yang perlu diingat adalah, hasil dari asesmen tidak menggambarkan 100% kondisi yang sebenarnya, karena akan sulit untuk benar-benar mengetahui kondisi yang 100% sebenarnya. Tetapi data kuantitatif akan lebih mudah untuk diolah, lebih cepat dilakukan, dan lebih murah dibandingkan dengan kita melakukan wawancara secara mendalam per individual – yang juga belum tentu menggambarkan kondisi yang 100%. Selamat mencoba.[]

 

Ditulis oleh
Billy Johanes Siby
Fasilitator MDI Tack

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *