BELAJAR COACHING DARI ” THE MOURINHO WAYS “

Bicara coaching dalam dunia olahraga, banyak coach yang dianggap berprestasi, juga legendaris. Di dunia sepakbola, dalam sejarah panjang hampir seabad sepakbola modern, banyak pelatih hebat. Namun hari ini, mungkin pelatih yang oleh seluruh komunitas sepakbola dianggap sebagai tangan midas dalam dunia kulit bundar adalah The Special and Only One, Jose Mourinho.

Berkaca dari seorang Jose Mourinho, muncul pertanyaan: apa pelajaran dalam hal coaching yang bisa diambil dari dia? Apa kira-kira ‘The Mourinho Ways’-nya?

Artikel ini mencoba membahas beberapa gaya kepelatihan Mourinho lesson learn yang bisa kita ambil:

Van Gaal adalah coach yang hebat, yang benar-benar tanpa pamrih melihat potensi yang ada dari Mourinho dan memberinya ruang untuk berkreasi dengan kepercayaan yang diberikan.

Coach yang bagus harus turut senang melihat perkembangan orang yang dilatihnya. Saat ini boleh dibilang Mourinho menorehkan prestasi yang lebih mentereng daripada Van Gaal, tapi tentunya apa yang didapatkan Van Gaal lebih dari sekadar prestasi: kebanggaan bisa mencetak orang lain yang berprestasi.

Pertanyaan pertama yang pasti muncul, sudahkah Anda mengatakan pada diri Anda, bahwa anak buah
Anda akan berprestasi sehebat Anda satu saat nanti? Seorang coach tidak dapat menyelesaikan proses coaching dengan baik jika ia sendiri tidak percaya coachee-nya akan dapat menyelesaikan proses coaching ini.

Dengan punya pandangan seperti Mourinho, Anda akan melakukan whatever it takes dan memberi 110% agar si coachee bisa memenuhi takdirnya menjadi juara, paling tidak menurut ukuran terbaik sesuai dengan potensi dirinya.

Seorang coach yang baik akan dihormati pertama-tama karena ia adalah ‘manusia super’, dalam arti punya prestasi, kemampuan membimbing.
Yang kedua, mengacu yang pertama, orang menghormati jika ia tetap ‘manusia’, bukan ‘makhluk super’.

Manusia dapat berbuat kesalahan, dapat tidak tahu akan sesuatu, dan dapat dilengkapi, bukan hanya melengkapi. Sebagai coach, keterbatasan sebagai manusia ini yang perlu tetap diinsafi, sehingga ketika ada usulan dari coachee, kita tidak defensif tapi membuka kesempatan untuk diskusi. Ini akan membawa ikatan yang lebih kuat antara coach dan coachee.

Tahapan yang dilakukan Mourinho ini bisa menjadi masukan yang sangat berharga bagi kita dalam hal melakukan tahapan coaching. Seperti hukum motivasi, seseorang akan termotivasi untuk menempuh langkah demi langkah saat ia tahu titik akhir yang akan dicapainya. Karena itu tujuan akhir proses coaching perlu disampaikan sejak awal, disepakati, dan diketahui kedua belah pihak dengan terang.
Kalau perlu, bagian-bagian lain yang juga dilibatkan dalam proses ini, seperti yang dilakukan Mourinho, perlu juga diberi tahu.

Masukan berharga yang juga bisa kita ambil, adalah pentingnya di awal berfokus kepada inti pengetahuan yang ingin diperoleh coachee, alih-alih curhatan pribadi lain yang berada di luar konsep coaching. Memang curhatan atau dalam bahasa Mourinho pendekatan psikologis ini perlu juga difasilitasi, tetapi alangkah lebih bagus jika pertama-tama fokus diarahkan ke inti dari proses coaching, yaitu kecakapan teknis yang ingin diraih.

Sebagai coach, kita harus punya kepercayaan diri yang lebih. Kekokohan untuk mempertahankan prinsip dan cita-cita akan memberikan stempel integritas dicap di diri kita, sekaligus meningkatkan tingkat kepercayaan dari coachee terhadap coach-nya.

Coach yang kuat akan membuat coachee yang pijakannya masih goyah akan lebih tenang, kokoh dan merasa percaya bahwa mereka akan dibantu oleh tangan yang tepat. Memang kita perlu pintar-pintar sensitif memberi garis batasan antara merendah, percaya diri, dan arogan.

Kepantasan adalah kuncinya. Kita harus sungguh memberi tahu orang apa yang kita inginkan, apa yang sungguh kita perjuangkan, prinsip-prinsip kita. Tentu dengan mempertimbangkan kepantasan lokasi, orang yang dipaparkan, dan waktunya. Kepercayaan diri harus terus dibangun selaras dengan penambahan pengetahuan kita (know-how).

Simak lagi: Jadilah Orang Asertif

Perjalanan kita sebagai pemimpin di perusahaan, sebagai coach bagi karyawan yang lebih junior, pastinya mendatangkan pengalaman dan wawasan baru bagi kita. Semua penambahan itu perlu dimaknai, ditransformasikan menjadi sebuah kebijaksanaan yang menjadikan kita coach yang lebih matang dan selalu lebih sempurna dari hari kemarin.

Yang berikutnya adalah dalam praktik coaching,sungguh dibutuhkan sensitivitas untuk menilai keadaan. Kita harus tahu kapan harus memotivasi coachee, kapan harus keras, kapan harus tenang, diam, memberikan perhatian, dan seterusnya. Dengan sensitivitas itu, kita bisa mengelola agar coachee merasa nyaman dengan kita.

Sama seperti sebuah hubungan, seseorang akan menyukai pasangan yang tahu kapan harus menjadi pendengar, kapan ia diharapkan memberi masukan, dan seterusnya.