Fenomena Quiet Quitting: Ciri-Ciri, Penyebab, dan Cara Mengatasi
Quiet quitting adalah fenomena yang belakangan ini populer di kalangan dunia kerja. Kalangan Gen Z dan Milenial banyak yang mengikuti fenomena ini. Mereka memiliki pandangan untuk menciptakan batasan di kehidupan kerja guna menyeimbangkan kehidupan personal mereka. Oleh karena itu, HRD dan manajemen perlu mengambil tindakan untuk mengembalikan produktivitas karyawan. Untuk itu, mari ketahui lebih lanjut mengenai fenomena quiet quitting, termasuk pengertian, ciri-ciri, penyebab, dan cara mengatasinya yang wajib diketahui oleh perusahaan.
Pengertian Quiet Quitting
Quiet quitting adalah fenomena ketika karyawan diam-diam menurunkan performa kerja mereka dan hanya melakukan tugas yang benar-benar diperlukan, tanpa keterlibatan emosional atau komitmen lebih dari yang diminta. Berbeda dengan mengundurkan diri, karyawan tetap bekerja tetapi dengan kontribusi minimal atau bare minimum. Selain itu, beberapa pendekatan dapat mewakili seorang karyawan dalam melakukan quiet quitting:
- Checking Out
Karyawan yang checking out hadir secara fisik di tempat kerja, namun, mereka tidak terlibat secara mental. Mereka mungkin melakukan tugas mereka tanpa antusiasme atau inisiatif lebih. Selain itu, tingkah laku ini juga ditandai dengan disengaja tidak terlibat secara emosional dengan perusahaan maupun karyawan lain. Lebih lanjut, mereka memberi batasan yang jelas antara kehidupan personal dan kehidupan profesional.
- Pemogokan Parsial
Karyawan yang melakukan pemogokan parsial sengaja mengurangi upaya kerja mereka sebagai bentuk protes terhadap kondisi kerja atau manajemen yang tidak memadai. Meskipun mereka tetap menyelesaikan pekerjaan mereka, mereka melakukannya hanya sebatas standar minimal yang diperlukan. Selanjutnya, mereka biasanya melakukan hal ini untuk memberikan tekanan pada perusahaan dan, pada akhirnya, melakukan negosiasi ulang mengenai syarat-syarat kerja agar lebih adil.
- Taking Charge
Karyawan yang taking charge mengambil kendali atas batasan mereka sendiri. Mereka menetapkan batasan yang jelas untuk menjaga keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi. Sebagai contoh, mereka menolak tugas di luar deskripsi pekerjaan mereka atau bekerja lembur tanpa kompensasi yang sesuai. Selain itu, mereka melakukan ini untuk menetapkan komitmen dan batasan yang jelas dalam pekerjaan.
Ciri-Ciri Karyawan yang Melakukan Quiet Quitting
1. Penurunan Produktivitas
Karyawan mulai menunjukkan penurunan dalam output kerja mereka; hanya menyelesaikan tugas-tugas mendesak dan menghindari pekerjaan yang memerlukan usaha ekstra.
2. Kurangnya Inisiatif
Selain itu, karyawan berhenti menunjukkan inisiatif untuk proyek baru atau tugas tambahan. Mereka tidak lagi mengajukan ide-ide baru atau mencari cara untuk meningkatkan efisiensi kerja.
3. Ketidakpedulian Terhadap Tujuan Tim
Akibatnya, karyawan tampak kurang peduli terhadap tujuan tim atau perusahaan. Partisipasi dalam diskusi tim atau rapat menjadi minim, dan kontribusi mereka kurang bermakna.
4. Menghindari Tanggung Jawab Tambahan
Lebih lanjut, karyawan menghindari tanggung jawab tambahan atau proyek di luar deskripsi pekerjaan mereka. Mereka fokus hanya pada tugas-tugas yang diperlukan dan menolak tugas tambahan.
5. Minim Interaksi Sosial
Selain itu, karyawan menjadi lebih tertutup dan kurang berpartisipasi dalam aktivitas sosial atau kolaboratif di tempat kerja.
6. Penurunan Kualitas Kerja
Sebagai akibatnya, kualitas kerja mereka mulai menurun, dengan kesalahan yang sebelumnya jarang terjadi atau kurang memperhatikan detail.
7. Sikap Apatis
Karyawan menunjukkan kurangnya minat atau antusiasme dalam pekerjaan mereka dan tidak berusaha untuk tampil sebaik mungkin.
8. Menghindari Umpan Balik
Terakhir, karyawan menghindari umpan balik atau diskusi tentang kinerja mereka, tidak mencari cara untuk memperbaiki diri dan cenderung defensif jika diberi kritik.
Penyebab Quiet Quitting
Penyebab quiet quitting dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu penyebab dari sisi perusahaan dan dari sisi personal. Berikut ciri-cirinya:
Dari Sisi Perusahaan
1. Manajemen yang Buruk
Pertama, manajemen yang tidak efektif, kurangnya komunikasi, dan ketidakmampuan untuk menginspirasi atau memotivasi karyawan menyebabkan karyawan merasa tidak dihargai dan kehilangan semangat kerja.
2. Lingkungan Kerja yang Tidak Mendukung
Selain itu, lingkungan kerja yang toksik, tekanan berlebihan, atau kurangnya dukungan dari rekan kerja dan atasan membuat karyawan merasa terbebani dan tidak nyaman.
3. Kompensasi dan Pengakuan yang Tidak Memadai
Selanjutnya, ketidakpuasan terhadap gaji, bonus, dan penghargaan atas kerja keras membuat karyawan merasa bahwa usaha mereka tidak dihargai.
Dari Sisi Karyawan
1. Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi
Karyawan yang merasa bahwa pekerjaan mereka mengambil terlalu banyak waktu dan energi dari kehidupan pribadi mereka memilih untuk melakukan quiet quitting sebagai cara untuk mengembalikan keseimbangan.
2. Kurangnya Peluang Pengembangan Karir
Kemudian, karyawan yang tidak melihat peluang untuk pengembangan atau promosi kehilangan motivasi untuk berusaha lebih keras.
3. Burnout
Terakhir, burnout atau kelelahan emosional dan fisik yang berlebihan menyebabkan karyawan merasa tidak mampu memberikan yang terbaik dalam pekerjaan mereka.
Dampak Quiet Quitting Terhadap Perusahaan
Quiet quitting tidak hanya mempengaruhi karyawan secara individu, tetapi juga dapat membawa dampak signifikan terhadap perusahaan. Berikut beberapa dampaknya:
1. Penurunan Produktivitas Tim
Ketika satu atau lebih karyawan melakukan quiet quitting, produktivitas tim secara keseluruhan dapat menurun. Karyawan yang tidak terlibat sepenuhnya dalam pekerjaannya mungkin tidak memberikan kontribusi maksimal, sehingga memperlambat proses kerja tim.
2. Moral Karyawan yang Rendah
Selain itu, quiet quitting mempengaruhi moral karyawan lainnya. Karyawan yang melihat rekan kerja mereka kurang termotivasi dan tidak bersemangat mungkin merasa frustrasi dan kehilangan semangat kerja mereka sendiri.
3. Biaya Tambahan untuk Rekrutmen dan Pelatihan
Jika quiet quitting berlanjut tanpa solusi, perusahaan mungkin harus mengeluarkan biaya tambahan untuk merekrut dan melatih karyawan baru. Turnover karyawan yang tinggi dapat menjadi beban finansial dan waktu yang signifikan bagi perusahaan.
4. Reputasi Perusahaan yang Terganggu
Selanjutnya, quiet quitting yang meluas merusak reputasi perusahaan di mata calon karyawan. Perusahaan yang dikenal memiliki lingkungan kerja yang tidak mendukung atau manajemen yang buruk mungkin kesulitan menarik talenta baru yang berkualitas.
Cara Mengatasi Quiet Quitting
Untuk meminimalisir dampak keseluruhan pada perusahaan, perusahaan perlu menerapkan tindakan sebagai berikut:
1. Meningkatkan Manajemen dan Kepemimpinan
Pertama, perusahaan perlu meningkatkan manajemen dan kepemimpinan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif yaitu dengan menyelenggarakan pelatihan. Pelatihan ini ditujukan pada para manajer atau supervisor perusahaan agar mereka mengetahui tindakan seperti apa yang dapat memotivasi dan mengembangkan tim secara efektif. Salah satunya perusahaan dapat mengikuti Program Leadership Training dari MDI Tack. Penyelenggaraan program ini dapat berdampak secara langsung kepada keberlangsungan perusahaan. Di sisi lain, para manajer juga dapat mengembangkan skill kepemimpinan yang efektif dan komunikatif sehingga dapat meningkatkan keterlibatan karyawan.
2. Menyediakan Peluang Pengembangan dan Pelatihan
Selain menyelenggarakan pelatihan sisi manajemen perusahaan, perusahaan juga perlu menyelenggarakan nya juga untuk karyawannya. Seperti salah satunya dengan menawarkan program pelatihan dan pengembangan karir. Intinya hal tersebut ditujukan untuk karyawan agar merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk berkembang dalam perusahaan.
3. Menghargai dan Mengkompensasi Karyawan dengan Adil
Cara efektif lainnya adalah dengan memberikan penghargaan yang adil dan kompensasi yang sesuai atas kontribusi karyawan. Sebagai hasil, karyawan akan merasa puas dan dihargai atas semua kontribusi yang dilakukannya pada perusahaan.
4. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Seimbang
Perusahaan juga perlu memastikan bahwa lingkungan kerja perusahaan telah seimbang. Memastikan keseimbangan ini dapat dilakukan dengan menerapkan kebijakan kerja yang fleksibel dan mendukung kesehatan mental karyawan. Hal ini ditujukan untuk mengurangi risiko burnout dan quiet quitting.
5. Meningkatkan Keterlibatan Karyawan
Selain itu, perusahaan juga perlu melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan untuk memberikan ruang bagi mereka dalam menyuarakan pendapat. Situasi ini juga dapat meningkatkan rasa keterlibatan mereka dalam perusahaan. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan program penghargaan dan pengakuan atas prestasi karyawan.
Dengan memahami fenomena quiet quitting, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif. Langkah-langkah ini akan meningkatkan kepuasan dan kinerja karyawan, serta mengurangi risiko quiet quitting.
Jika Anda tertarik untuk menyelenggarakan training untuk karyawan perusahaan Anda, segera hubungi MDI Tack selaku vendor pelatihan karyawan terbaik yang kemampuannya telah diakui oleh lebih dari 2000 perusahaan di Indonesia maupun ASEAN.
Hubungi kami, dan rencanakan pelatihan terbaik bagi karyawan perusahaan Anda sekarang juga!
Segera Konsultasikan Dengan Kami Melalui:
Telp: (+62)851-7546-9337
Email: Training@mditack.co.id
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!