Memahami Tantangan Pemimpin Baru
Tina, seorang staf pelaksana yang berprestasi dinilai oleh atasannya layak mendapat promosi sehingga dia diangkat menjadi seorang team leader atau setara dengan supervisor. Semua itu berita bagus namun sebenarnya Tina mengalami berbagai tantangan sebagai seorang pemimpin baru.
Jika Tina tidak siap atau disiapkan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, Tina dapat merasa tertekan dan putus asa. Pada akhirnya, jika Tina tidak mendapatkan bekal keterampilan yang dia perlukan sehingga dia merasa tidak mampu melakukan fungsi barunya ini, organisasi tempat Tina bekerja akan kehilangan seorang staf pelaksana terbaiknya dan seorang talent calon pemimpin.
Perubahan Peran dan Tanggung Jawab
Peran dan tanggung jawab Tina sang supervisor berbeda dengan peran dan tanggung jawab Tina si staf pelaksana. Sebagai pelaksana, Tina bertanggung jawab hanya untuk hasil pekerjaannya sendiri atau yang di berbagai organisasi disebut sebagai Individual Contributor. Sedangkan sebagai supervisor, Tina selain bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya sendiri, dia juga bertanggung jawab atas hasil pekerjaan anak buah dalam timnya, sehinggaperannya banyak disebut sebagai People Leader. Fungsi Tina berubah karena dia perlu mencapai sasaran melalui anak buahnya.
Perubahan Hubungan Kerja
Sewaktu Tina menjabat sebagai staf pelaksana, dia setara dengan staf pelaksana lainnya. Mereka sering bercengkerama bersama, makan bersama bahkan ‘curhat’ bersama. Ketika Tina dipromosi menjadi supervisor, orang-orang yang tadinya rekan kerja Tina sekarang menjadi anak buahnya. Ada saatnya ketika Tina perlu melakukantindakan kepemimpinan yang mungkin tidak populer di mata anak buahnya seperti tindakan disiplin, umpan balik korektif, perubahan kebijakan atau peraturan, dan sebagainya.
Tips bagi Pemimpin Baru
Pengalaman Tina banyak dialami oleh pemimpin-pemimpin yang baru. Dua perubahan diatas merupakan dua perubahan yang dikeluhkan oleh banyak pemimpin baru terutama pada masa-masa transisi awal sebagai pemimpin. Ada pemimpin baru yang mampu mengatasi tantangan terkait perubahan ini secara mandiri, tetapi kebanyakan orang perlu mendapat bantuan dan dukungan pembekalan dari organisasi terkait keterampilan kepempimpinan dasar.
Menjadi pemimpin bukan berarti kita perlu memutuskan hubungan pertemanan dengan anak buah dan tentunya menjadi pemimpin bukan pula berartikita dapat sewenang-wenang menunjukkan kekuasaan sebagai pemimpin. Namun kita perlu memahami bahwa anak buah kita pada awalnya akan merasa sungkan dengan perubahan hubungan ini. Secara struktur jabatan, kita adalah pemimpin mereka, tetapi kita perlu berusaha untuk mendapatkan rasa hormat mereka agar mereka benar-benar menganggap kita sebagai pemimpin, bukan sebatas atasan.
Berikut beberapa tips untuk membantu transisi sebagai pemimpin baru :
Inti penting dari kepemimpinan adalah arah dan tujuan. Seorang pemimpin perlu memiliki gambaran jelas dalam benaknya terkait hasil akhir yang ingin dicapai. Arah yang baik memiliki karakteristik SMART yakni: Specific (spesifik), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai), Realistic (realistis), dan Time oriented (berorientasi waktu).
Cara terbaik bagi siapapun, termasuk kita dan anak buah kita, untuk mengembangkan diri adalah dengan menerima feedback dari orang lain. Maka, sebagai pemimpin kita perlu rajin memberikan feedback bagi anak buah dan meminta feedback dari anak buah. Ciptakan suasana santai dan informal agar suasana lebih terbuka dan positif.
Pemimpin bertanggung jawab atas timnya dan hasil kerja mereka. Kesalahan utama banyak pemimpin baru adalah menyalahkan anak buahnya. Hal ini akan merusak hubungan kerja yang sedang berusaha dibangun dan mencoreng rasa kepercayaan anak buah pada pemimpin maupun pemimpin pada anak buahnya. Seorang pemimpin yang baik akan mengambil tanggung jawab saat tim gagal dan sebaliknya melepas tanggung jawab agar membiarkan anggota tim mendapat pujian saat sukses.
Setiap situasi dan setiap tipe anak buah membutuhkan pendekatan kepemimpinan yang berbeda. Tidak ada gaya kepemimpinan terbaik dan paling ampuh untuk menghadapi semua situasi dan tantangan kepemimpinan. Pemimpin perlu mengasah semua jurusnya sehingga mampu mengeluarkan jurus kepemimpinan yang paling tepat untuk situasi yang sedang dihadapinya. Pemimpin perlu mengadaptasikan gaya kepemimpinannya secara fleksibel.
Komunikasi merupakan penghubung antara arah dan realitas. Bagikanlah gambaran tersebut dengan anak buah agar semua mengarah pada garis final yang sama. Berkomunikasilah secara singkat dan jelas namun inspirasional dan motivasional. Tim kita perlu memahami mengapa mereka melakukan sesuatu, apa yang perlu mereka lakukan, bagaimana standar kualitas hasil pekerjaan yang diharapkan dan apa manfaatnya bagi mereka jika mereka berhasil mencapai standar tersebut.
Sebenarnya meminta pendapat adalah salah satu cara untuk menimbulkan perasaan dihargai dan menciptakan komitmen dari tim. Mintalah pendapat dari anak buah terkait bagaimana kita bersama dapat mencapai sasaran tim dan ajaklah mereka untuk bersama menetapkan jalur yang perlu ditempuh oleh Anda dan tim secara jelas dan realistis.
Ajaklah mereka untuk menyelesaikan suatu masalahbersama, mungkin mereka memiliki ide praktis dan sederhana yang tidak kita pikirkan sebelumnya. Sebagai pemimpin kita tidak diharapkan untuk maha tahu. Tidak perlu sungkan untuk bertanya bahkan kepada anak buah.
Pemimpin perlu berperan sebagai teladan sikap mental positif dan pola pikir optimis terutama di masa-masa persaingan sulit. Terapkan prinsip “walk the talk” dan integritas dengan berpegang teguh pada semua komitmen yang kita buat pada semua orang. Ciptakan keteladanan bahwa Anda dapat diandalkan dan dapat dipercaya.
Pemimpin perlu menularkan positivitas dan optimismenya pada anggota tim sehingga menciptakan suasana positif dan optimis dalam tim. Suasana ini akan membangkitkan rasa kepercayaan dan keterbukaan antar sesama anggota tim dan antara anggota tim dengan Anda sebagai pemimpin tim. Suasana positif akan meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam mencari peluang baru untuk mencapai sasaran tim, walaupun dalam masa sulit. Kita bisa!
Tanpa mendapatkan stimulus yang tepat, seseorang cenderung bekerja secara cukup dan cepat letih secara mental. Stimulus dapat bersumber dari internal diri seseorang maupun dari eksternal. Sumber terdekat stimulus eksternal adalah lingkungan kerjanya dan peran sang pemimpin tim.
Sebagai pemimpin, kita perlu mengidentifikasi apa yang menjadi stimulus motivasi anak buah dan mengelolanya. Ada anak buah yang termotivasi karena kejelasan karir, ada yang menyukai apresiasi positif, ada yang menyukai tantangan baru, dan sebagainya. Banyak stimulus non-keuangan yang dapat kita manfaatkan untuk mengelola motivasi anak buah agar mereka meningkatkan produktivitas dan loyalitas.
Ikuti pelatihan kepemimpinan dari mdi agar Anda siap menghadapi tantangan dalam memimpin.
MDI News No. 234/XXIII/Februari 2017
Untuk informasi dan jadwal training lebih lanjut silahkan hubungi kami di nomor 021-66690778 atau kirimkan email ke info@mditack.co.id