Mari Menjadi Pribadi Lebih Asertif

pribadi lebih asertif

Banyak orang menyalahartikan sikap asertif dengan agresif ataupun pasif. Untuk membedakannya, berikut analogi secara sederhana. Ketika seseorang bersikap pasif, dia menjadi penonton dari orang lain tanpa melakukan apa-apa. Ketika bersikap agresif, seseorang tampil di panggung tetapi dia melakukan monolog dan berusaha menyingkirkan orang lain dari atas panggung. Asertif ibarat keadaan dimana semua orang, dapat tampil di panggung secara bebas. Setiap orang berhak untuk tampil di panggung, Anda maupun orang lain.

Asertif berkaitan dengan mengekspresikan diri sendiri secara positif dan proaktif. Asertif juga dikaitkan dengan sikap terbuka dan jujur. Misalnya, jika Anda tidak menyukai sesuatu yang dilakukan oleh orang lain pada diri Anda. Jika berperilaku asertif, maka Anda akan mengekspresikan pendapat secara diplomatis maupun profesional. Berbeda dengan perilaku pasif, yakni Anda akan memendam perasaan dan pendapat Anda sehingga malah akan merasakan berbagai emosi negatif seperti kesal, benci, atau marah. Emosi negatif ini akan menggerogoti diri Anda sendiri dan meningkatkan stres. Berbeda juga dengan perilaku agresif, yakni Anda akan memaki orang tersebut dan memutuskan persahabatan dengannya.

Kalau perilaku asertif adalah hak semua orang, mengapa tidak semua orang bersikap asertif? Berikut beberapa kemungkinan alasannya:

pribadi lebih asertif

HANYA DUA PILIHAN?

Semua mahluk sejak jaman purba memiliki insting “fight or flight” atau “melawan atau kabur”. Maka banyak orang berasumsi hanya ada dua pilihan respon.

pribadi lebih asertif

SISTEM NILAI DAN BUDAYA

Beberapa budaya mengajarkan masyarakatnya untuk berpasrah dan menerima keadaan. Maka,bagaimanapun keadaan dan perlakuan yang diterima, ada beberapa orang yang sebatas mengelus dada dan mengabaikannya walaupun ombak dalam hati bergejolak.

pribadi lebih asertif

KEKHAWATIRAN

Beberapa orang memiliki kekhawatiran yang cenderung menghalangi dia untuk berperilaku asertif. Kekhawatiran kehilangan teman, rusaknya hubungan, atau perubahan pandangan orang lain terhadap dirinya adalah beberapa contohnya.

pribadi lebih asertif

MENGHINDARI KONFLIK

Beberapa pakar mengatakan bahwa salah satu alasannya adalah karena beberapa orang memiliki kecenderungan untuk menghindari konflik. Daripada mengutarakan pendapat atau perasaannya dengan resiko menimbulkan konflik, maka mereka akan cenderung bersikap pasif.

pribadi lebih asertif

KERUKUNAN MASYARAKAT

Hidup bermasyarakat haruslah rukun. Maka beberapa daerah mengajarkan untuk mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Hal ini dapat disalahartikan dengan memendam kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan orang lain sehingga tidak menimbulkan gejolak dalam lingkungannya.

MARI MENINGKATKAN ASERTIVITAS DIRI

Asertivitas adalah keterampilan yang perlu diasah dan dilatih. Mungkin akan lebih mudah jika kita menelan perasaan kita, memaki orang tersebut atau mendiamkannya. Namun, bersikap asertif adalah strategi yang lebih cerdas karena dapat meningkatkan kualitas hubungan kita di masa sekarang maupun di masa mendatang. Dengan bersikap asertif, kita secara tidak sadar mengembangkan diri sendiri dengan menjadi diri kita sebenarnya tanpa berpura-pura dan memendam sesuatu. Berikut adalah beberapa tips untuk meningkatkan keterampilan asertif: | Baca juga : Komunikasi Asertif dalam Pelatihan Kepemimpinan

pribadi lebih asertif

MULAI DENGAN HAL SEDERHANA

Cobalah selalu bersikap asertif dalam situasi yang tidak terlalu panas, seperti memilih tempat duduk saat check-in pesawat, atau memilih meja saat akan makan di restoran. Setelah merasa lebih mahir, tingkatkan latihan dengan bersikap asertif dalam situasi lebih menantang, seperti mendiskusikan penilaian kinerja dengan atasan dan sebagainya.

pribadi lebih asertif

BELAJAR BERKATA “TIDAK”

Beberapa orang tidak dapat berkata “tidak” karena merasa bersalah dengan menolak permintaan orang lain seperti ketika ada yang ingin meminjam uang pada kita. Pola pikir yang timbul dapat berupa “saya orang yang jahat karena tidak mau meminjamkan pada yang membutuhkan”. Pola pikir ini perlu diubah secara positif seperti “saya berhak untuk memiliki kestabilan keuangan serta memastikan kesejahteraan keluarga saya sehingga saya tidak dapat meminjamkan uang pada orang lain”.Banyak orang berasumsi bahwa berkata “tidak” identik dengan bersikap egois. Asumsi ini tidaklah benar karena dengan berkata “tidak”, kita dapat menetapkan batasan yang sehat dalam suatu hubungan, baik hubungan personal maupun profesional. Tentunya, cara kita mengatakan “tidak” perlu dilatih agar lebih diplomatis dan profesional.

pribadi lebih asertif

MENGEKSPRESIKAN DIRI

Kita tidak boleh berasumsi bahwa seseorang dapat membaca pikiran dan perasaan kita dan memahami kebutuhan diri kita. Kita perlu memberitahukannya secara jelas, spesifik, jujur dan tentunya dengan tetap menghormati orang tersebut. Ibarat memesan nasi goreng di suatu rumah makan, kita dapat secara lebih jelas dan spesifik memesan nasi goreng tidak pedas dengan telor dadar dan ayam goreng bagian dada.

pribadi lebih asertif

MENGGUNAKAN PERNYATAAN ”SAYA”

Kalimat dengan “Anda/kamu” dapat menyebabkan seseorang bersikap lebih defensif. Maka, kita perlu melatih menggunakan lebih banyak pernyataan “saya” saat ingin mengutarakan pendapat atau perasaan. Daripada mengatakan “kamu sangat egois dan kamu tidak tahu betapa sibuknya saya padahal kamu hanya menonton televisi”, akan lebih baik dan bermanfaat dengan mengatakan “saya lelah dan saya perlu bantuan dalam mengurus rumah tangga”.

MDI News No. 222/XXII/Februari 2016

Untuk informasi dan jadwal training lebih lanjut silahkan hubungi kami di nomor 021-668 1571 atau 021-668 1572 atau kirimkan email ke training@mditack.co.id